Takjub dan Bangga

Minggu kemarin, saat waktu berbuka puasa, telah terjadi musibah kebakaran di Dusun Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Setidaknya ada empat rumah yang hangus terbakar rata dengan tanah. Karena ponsel pintar saya sudah tidak fungsi lagi, saya baru mengetahui kabar tersebut Senin saat apel pagi di Kecamatan. Berita tersebut sudah ramai di media massa, apalagi di medsos telegramnya PKH.

Saat apel dilaksanakan, Camat mengintruksikan kepada aparat kecamatan untuk ikut bergotong-royong membantu para korban. Mbak Novi sebagai pendamping PKH di Ketapang pun akhirnya mengajak saya untuk turut andil bersama dengan aparat desa, kecamatan, TNI, Polri, serta warga setempat. Kami mulai mengunjungi lokasi 15 menit setelah apel pagi dilaksanakan.

Sedih rasanya melihat kondisi di lokasi kejadian. Ramadhan yang sebagian besar dinikmati dengan suka ria oleh banyak orang, tidak terlihat di sana. Jujur, baru kali ini saya melihat secara langsung sisa bangunan rata dengan tanah akibat kebakaran. Baru pertama kali juga saya melakukan kegiatan kerja bakti seperti dalam musibah tersebut.

Setelah kegiatan kerja bakti selesai, saya dan Mbak Novi pun mulai mengumpulkan informasi tentang para korban. Kami terkejut sekali karena salah satu dari beberapa korban kebakaran tersebut ada KPM 2016 yang dikoordinir oleh Mbak Novi. Tidak menunggu lama, kami akhirnya bertukar ide sehingga berinisiatif untuk menyebarkan informasi dan menggalang dana swadaya di medsos PKH. Kami dibantu tim PKH Kalipuro akhirnya berbagi tugas untuk mengurus masalah penggalangan dana swadaya dan mengurus surat menyurat kepada aparat terkait.

Hanya berselang beberapa menit setelah upload data yang dikirimkan Mbak Novi ke telegram PKH, bantuan-bantuan yang ditawarkan para pendamping se kabupaten mulai bermunculan. Saya begitu takjub dengan pengalaman pertama ini, semua diluar dugaan.

Satu hari setelah pengumuman kami sebarkan, bantuan mulai berdatangan ke kantor PKH Kabupaten. Saya begitu bangga ada dalam keluarga PKH. Saya benar-benar merasakan sebuah loyalitas dan solidaritas. Bagaimana tidak, para pendamping PKH murni mandiri mengumpulkan semua bantuan yang dibutuhkan. Saya begitu bangga, terutama dengan rekan-rekan pendamping dari Banyuwangi selatan yang rela datang dari jauh untuk mengantarkan bantuan untuk wilayah kerja tim saya. Saya bangga bahwa bantuan yang mereka bawa sungguh luar biasa, diluar perkiraan. Saya salut karena hingga hari pengiriman bantuan tiba, semua bantuan yang terkumpul adalah murni hasil swadaya pendamping dan operator PKH, tidak ada bantuan dinas, lembaga terkait, serta satuan petugas lapangan sosial. Para petugas yang seharusnya menangani masalah bencana tersebut justru tidak muncul.

31 Mei 2017 pukul 9 pagi, bantuan kami distribusikan ke tempat. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Bantuan yang terkumpul Insya Allah cukup untuk menutup kebutuhan para korban. Setidaknya sudah tersalurkan sembako, peralatan kebersihan, pakaian bekas layak pakai, peralatan sekolah anak, hingga kebutuhan lainnya. Kami masih belum bisa membantu secara maksimal, terutama terkait dengan bantuan pembangunan tempat huni yang sudah rata dengan tanah. Kami akan terus berusaha untuk memperjuangkan hak-hak yang pantas mereka peroleh. Kami akan terus menekan pemerintah yang katanya sudah banyak menerima penghargaan ini untuk lebih peduli dan membuka mata sosialnya. Semoga bantuan-bantuan tersebut sedikit memberikan nilai guna bagi para korban bencana.

Bagaimanapun, saya begitu bangga telah menjadi keluarga pendamping PKH. Saya banyak belajar dari mereka yang telah memiliki kepedulian sosial tinggi bagi sesama. Saya banyak belajar bagaimana menjadi manusia dan memanusiakan manusia yang membutuhkan.  Kegiatan hari ini membuat mata saya semakin terbuka lebar untuk melihat ke segala arah. Saya percaya bahwa semangat dari mars dan yel-yel PKH begitu nyata, karena saya telah merasakannya. Terima kasih Pendamping dan Operator PKH, Kementerian Sosial, Republik Indonesia. Semangat Pancasila!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILADNYA PANCASILA

Aku harus bagaimana?

Antara Sombong, Rendah Hati, Jujur, dan Munafik