Aku harus bagaimana?

Untuk kesekian kalinya mata ini sulit untuk terpejam.
Bukan karena habis meneguk segelas kopi. Aku sendiri mencoba untuk berhenti mengkonsumsi kopi.

Aku baru saja pulang mencari hiburan. Melihat pertunjukan akbar dan luar biasa kawan-kawan UKM Blero di Graha Cakrawala. Orkestra kentrung dan Operet bertajuk "Frozen" yang mereka bawakan telah berhasil menghipnotis seluruh pengunjung. Semua larut dalam suasana serius, romantis, tegang, hingga gelak tawa yang teramat sangat. Begitu juga aku.
Disana aku merasakan beban dan kalut yang aku alami hilang sekejap. Aku tertawa terbahak-bahak. Tawaku larut menjadi satu dengan para penonton yang ikut tertawa melihat adegan Pandawa versi Majapahit tadi. Aku gila. Aku mencoba mengeluarkan seluruh tawa dari berbagai versi yang aku miliki. Dari versi Indonesia hingga Arab pun telah keluar dari mulut yang aku paksakan untuk melebar.
3 jam lebih aku berada di dome terbesar se-Malang Raya itu.

Harapanku untuk menanggalkan beban fikiran ternyata sia-sia.
Kalutku menyerang lagi mulai dari tempat parkir motor hingga sampai di kamar kos seperti sekarang.

Ya, rasa bersalah dan penyesalanku masih membara.
Mereka menjegal semangatku. Merobohkan semangatku dalam berbagai hal.
Bagaimana skripsiku? Yudisiumku? Tugas-tugasku? Target tulisanku?
Semua berantakan!

Semakin aku berusaha menjauh dan melupakan hal itu, semakin bayang itu mendekat di setiap gestur yang aku lakukan.
Aku harus bagaimana?
Aku sendiri bingung. Mati kata, karsa, dan rasa.
Sendi jari-jari ini seolah mati ketika keinginanku untuk berpesan kepadamu hampir terealisasi.

Aku harus bagaimana?

Memulai dari awal?
Tidak mungkin! Aku hanya seorang pecundang yang lari dari tanggung jawab.
Urat maluku benar-benar putus kalau aku melakukannya.
Itu sama saja gengsi!
Tidak. Karena sebelum penyesalan ini terjadi, gengsi sudah mewarnai kedekatan itu. Kedekatan masa lalu.

Aku harus bagaimana?
Memaksakan diri untuk menghubungimu? Itu tak waras!
Jelas-jelas aku telah melukai perasaan yang selama ini murni kau jaga.

Lalu, aku harus bagaimana?

Aku bingung. Bahkan lagu moving on versi hardcore yang mengalun keras inipun tidak mampu memberi pencerahan.
Mataku masih memancar pasti.
Pikiranku masih kalut. Sungguh kalut.
Ntah sampai pukul berapa hal ini akan terus berlangsung. Seperti kemarin kah? Atau lebih parah kah?
Efeknya pasti sama seperti hari ini. Bimbingan skripsiku gagal lagi.

Aku harus bagaimana?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Sombong, Rendah Hati, Jujur, dan Munafik

Keluargaku Pendidik