Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Nyaman dan kece bukan berarti harus mahal, kan?

Gambar
Kemarin saya mendengarkan cerita tentang bagaimana salah satu saudara saya yang ada di kota S menyikapi gaya hidup. Dari kalimat panjang kali lebar yang ia ungkapkan, saya menangkap hal menarik seperti berikut. ...Tara, mas iku nggawe opo-opo iku gak gelem lek gak ono merk'e. Lebaran ae tuku celono lek gak merk (sensor) iku yo moh. Wingi ae oleh sing rego 500 ewu. Mbak yo iyo seh, lha piye maneh lek barang larang iku kualitase apik. Maneh lek digawe iku koyok lebih pd terus kesane mewah ngono... ...Lek barang teko pasar iku gak awet Tar. Kaine roto-roto panas, nggawe gatel ndek awak, opo maneh ndek daerahe mbak panas...   ...Begini loh Tar, urip iki sing penting gaya disek ben lek didelok tonggo, wong tuo, atau wong liyo iki awak dewe ora ketok susah. Ben wong liyo ndelok iki duwe kesan lek awake iki wes enak, opo maneh wong rantau koyo mbak ngene. Urusan mangan opo ndek omah yo dipikir mburi. Urusan ndek omah arep ngenes yo dipikir dewe, ojo sampek wong liyo ngerti...   S

Belajar Religiusitas Masyarakat Hindu Bali

Gambar
Hari raya yang sangat garing tahun ini membuat saya memutuskan untuk ikut keluarga mas mengunjungi keluarga di Pulau Dewata. Kira-kira sudah 2 atau 3 tahunan saya sudah tidak pernah ikut mas ke keluarga Guris. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mbak tahun ini tidak bisa ikut karena lagi-lagi harus terusak oleh jadwal kerja. Selain bertemu keluarga di sana, penat saya juga terobati dengan hiburan jalan-jalan yang memang tahun ini sudah direncanakan oleh mas sekeluarga. Hangatnya pancuran Banyu Wedang, eksotisnya pemandian air panas di bawah kaki Gunung Batur, terbentang indahnya danau-danau di sepanjang jalur menuju bedugul, menakjubkannya tatanan rumah-rumah adat Bali di Panglipuran, hingga ramahnya hawa malam Sanur sudah cukup untuk mengobati kengenesan lebaran tahun ini. Pada perjalanan tahun ini, saya kembali memperoleh pelajaran berharga. Kali ini berasal dari Bapak Muridi, orang tua mas. Pengetahuan baru tidak sengaja saya peroleh ketika perjalanan pulang melewati

Jomblo?

Mungkin bacaan ini adalah salah satu tulisan bertema jomblo yang ditulis oleh orang yang tidak jomblo, tetapi percayalah bahwa penulis juga pernah merasakan jomblo meskipun tidak akut. Saya ingin mengungkapkan beberapa hal karena kebisingan dan kebosanan saya memperhatikan lalu lintas para oknum yang seolah bangga atas kejombloannya. Bukan karena tidak suka karena saya tidak jomblo, saya hanya sedikit risih dengan virus gerakan pelestarian jomblo yang semakin menjadi seperti mulai mewabahnya endemi Pokemon Go. Begini para jomblowan yang mulia, tolong diperhatikan. Kaping pisan , Anda yang mengaku dan seolah bangga atas status jomblo itu tidak keren sama sekali. Bukan berarti saya mewajibkan Anda untuk pacaran, tidak. Jomblo tidak perlu alay seperti anak SMA yang baru jadian sama si doi, ya seperti alaynya saya waktu itu. Kalau Anda alay saat ini, sungguh terlambat. Jomblo ya jomblo saja, diam dan jalani aktivitas seperti orang normal umumnya. Jomblo tidak perlu pamer. Ka