Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Hari Ibu

Selamat hari ibu, Umi... Maafkan Tara yang hanya bisa menyampaikan pesan ini melalui sebuah tulisan. Tara masih terus belajar agar kita bisa bertemu secepat mungkin. Tara tidak akan pernah menyerah walaupun butuh satu ataupun puluhan tahun lagi untuk belajar agar kita bisa segera bertemu. Tara terlalu rindu dengan sosok Umi. Umi, orang-orang di dunia saat ini sedang berbahagia karena memperingati hari ibu. Izinkan Tara juga memperingatinya walaupun cara ini berbeda. Tara kangen sekali dengan Umi. Tapi Tara sedikit bingung, mengapa keinginan Tara untuk bertemu Umi waktu itu tidak umi kabulkan? Padahal Tara ingin sekali untuk sekadar menatap wajah dan memeluk erat Umi walaupun dalam mimpi. Umi, sudah 15 tahun lebih Tara berjuang sendiri tanpa Umi. Umi juga tahu bagaimana lemahnya seseorang tanpa hadirnya sosok ibu. Teman-teman berkata kalau Tara adalah orang yang kuat dan hebat. Padahal Tara adalah orang yang paling lemah dan sangat renta. Tara hanya tampak ceria di

Isun Banyuwangi

Selamat Ulang Tahun Bumi Tercintaku, Bumi Blambangan-Banyuwangi. Hampir 2,5 abad yang lalu, kau telah berhasil melalui sejarah panjang yang mengesankan. Semangat rakyatmu dalam berjuang mempertahankan wajah dan tahta kehormatan telah mendapatkan hasil yang memuaskan. Kau merdeka secara terhormat dan jantan. Oh Bumi Blambangan, semoga kau akan terus maju tanpa pernah bisa tersingkir dari peradaban yang semakin kejam. Banyuwangiku kini semakin dewasa. Sejak berhasil melewati masa sulit tahun 1771-1772 lalu, kini tanah kelahiran ini semakin membanggakan. Selamat berhari jadi yang ke 244 nggeh . Mohon maaf kalau sampai sekarang saya masih buta akan sejarah indahmu. Om wawan dari Semarang berkata dengan sedikit heran, mengapa umur Banyuwangi kok lebih muda dari Semarang? Semarang lho sudah memasuki usia 400an. Pun daerah Jawa Timur di sisi barat Banyuwangi. Beliau juga mengatakan bahwa seharusnya Blambangan memiliki usia yang jauh lebih tua dari semuanya, apalagi sej

KIMCIL

Tiba-tiba saya terkejut ketika Om Wawan berada di sebelah saya yang sedang sibuk ngutek-ngutek laptop, lalu berkata “Ayo kimcil sek ?!” Seketika saya langsung canggung dibuatnya. Kimcil? Saya masih bingung dengan tawaran beliau yang begitu mengejutkan. Om Wawan seorang hakikat juga doyan kimcil? Saya kan hanya mengenal istilah itu dari teman-teman? Saya belum pernah ngimcil kok tiba-tiba ditawari hal begituan ? Raut Om Wawan seketika berubah. Beliau menertawakan saya yang terlihat bodoh di depannya. Saya masih bingung mengapa beliau malah tertawa lebar, apakah saya kurang gaul atau masih lugu (lugu?????). “ ojo serius-serius to mas. Kimcil kui kopi item gelas kecil ” Seketika saya langsung menertawakan diri. Saya malu dan merasa kesal dengan diri ini. Saya masih konyol dan menilai segala sesuatu dari kemasan dan asumsi umum. Hah bodohku sek pol . Saya telah kalah ribuan langkah dengan orang-orang seperti beliau. .............................................

Tentang Manusia dan Malaikat

“Jangan pernah mengatakan bagaimana rasa durian hingga pada penjelasan dampaknya bagi kesehatan kalau kamu belum pernah memakannya secara langsung dalam waktu yang bisa dikatakan lama. Saya sebagai penghobi buah raja tersebut hingga detik ini tidak merasakan apa-apa seperti apa yang telah kau gembor-gemborkan di media.” Ah, hidup terasa semakin konyol saja. Hampir disetiap lorong-lorong jejaring sosial selalu saya temui orang yang selalu menggebu-gebu dalam menyuarakan idealitasnya. Bukankah sisi ideal akan ditemui jika seseorang secara mendalam dan komperhensif sudah pernah menjalani? Apakah mungkin pengalaman yang parsial membuatnya seolah menjadi malaikat-malaikat kebanggaan semua orang? Dengan kemasan rapi yang bermerek MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK atau logo HIJRAH, ia telah lupa betapa masih miskinnya kognisi yang ia punya. Semua yang dikatakannya seolah menjadi benar karena dikuatkan oleh potongan-potongan firman Tuhan. Sesungguhnya hijrah yang baik adalah hij

MANUSIA GULA

Ada dua manusia yang saya kagumi saat ini. Pertama adalah seorang kyai nyentrik yang berada di kabupaten ujung barat provinsi tempat saya dilahirkan, Ngawi. Beliau merupakan kyai yang memiliki posisi tingkat tinggi. Bagi yang percaya, beliau sudah berada di tingkat hakikat. Hari-hari beliau sangat bermanfaat bagi orang banyak. Setiap hari, beliau membantu masyarakat dalam memecahkan masalah yang mereka miliki. Tidak hanya masalah, beliau dengan izin Allah juga mampu mengangkat penyakit pasien yang datang dengan metode yang tidak akan kamu temukan di manapun. Beliau adalah kyai tercerdas yang pernah saya temui. Masalah penampilan? Saya tidak pernah melihat beliau memakai sorban yang panjangnya hingga mampu untuk membersihkan halaman satu hektar. Beliau tidak pernah menunjukkan siapa dirinya. Beliau tidak berkoar-koar bahwa ia adalah Kyai besar. Beliau tidak gila dengan urusan duniawi, termasuk jabatan dan posisi di mata manusia. Bahkan yang membuat saya semakin takjub adalah kebi

TIGA ENAM PULUH

Ketika masih menjadi mahasiswa basi, eh mahasiswa baru, keidealisan saya begitu tinggi. Sering sekali saya menyuarakan hal-hal yang berbau idealis untuk menentang fenomena dan orang-orang pragmatisnya. Tidak berhenti di sana, saya juga berupaya menuliskan kritikan-kritikan terhadap bobroknya sekitar melalui mading-mading maupun majalah mahasiswa. Masa masih imut-imutnya waktu itu saya warnai dengan penuh kritik. Satu hal yang hingga saat ini masih menjadi bahan saya untuk menertawakan diri, yaitu masalah skripsi. Dulu saya menentang keras segala ketidakmurnian, termasuk dalam hal pembuatan skripsi oleh orang lain. Dulu saya membayangkan bagaimana sulit, rumit dan peliknya membuat karya terakhir mahasiswa sebelum wisuda tersebut. Pada akhirnya saya benar-benar merasakan hal yang sudah menjadi bayangan selama 3 tahun, ya ketika skripsi berubah menjadi scriptshit karena segala kesukaran dan keruwetan nya. Saya banyak belajar dari masa lalu ketika menghadapi tamu agung tersebut.

MENYIKAPI FENOMENA HAMIL DULUAN

Kemarin malam saya mendapatkan pertanyaan dari teman yang menggelitik untuk saya jawab.   Sulit memang menempatkan diri ketika memperoleh pertanyaan tersebut. Oke, langsung saja karena saya tau kamu orangnya agak grusah-grusuh nggak sabaran . “Menurut pandanganmu, bagaimanakah menyikapi pelajar siswi yang hamil ketika masih usia sekolah? Apakah ia pantas untuk dikeluarkan oleh pihak sekolah karena ia membawa aib bagi lembaga pendidikannya?” Sembari menyeruput kopi, saya ingin memberikan kesempatan kepada kamu terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan teman saya tersebut. Iya, kamu yang membaca postingan ini. 10 menit dari sekarang, mulai! ...................................................................................................................................................... (10 menit kemudian) Terima kasih atas kesediaan komentarnya. Baiklah, saya ingin mencoba melaporkan hasil jawaban saya semalam yang sayang kalau tidak saya abadikan. Umumn