Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

MILADNYA PANCASILA

Gambar
Pancasila bukan thagut ! Pancasila bukan produk kafir yang sering digaungkan oleh saudara-saudara saya di luar sana. Kalau Pancasila produk kafir alias syaiton alias sebutan lainnya, tidak mungkin si setan menempatkan tauhid di awal sila. Kalau pembuatnya setan, tidak mungkin ada kata-kata "...dengan menerapkan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya..". Kalau bukan produk kemenangan umat Islam, tidak mungkin tersahkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai bentuk toleransinya ajaran Islam yang rahmatal lil alamin ini. Secara historis filosofis memang iya, Pancasila adalah produk manusia. Tapi jangan dipotong pada kata-kata tersebut. Pancasila adalah produk manusia dari hasil taffakurnya , sehingga diperolehlah inti sari yang menjadi dasar ideologis bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Kalau hingga detik ini masih ada yang mengatakan Pancasila itu thagut , bisa dipastikan Anda masih fakir perihal kepustakaan. Kuliah lah dengar benar dan jangan pernah berkon

Takjub dan Bangga

Gambar
Minggu kemarin, saat waktu berbuka puasa, telah terjadi musibah kebakaran di Dusun Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Setidaknya ada empat rumah yang hangus terbakar rata dengan tanah. Karena ponsel pintar saya sudah tidak fungsi lagi, saya baru mengetahui kabar tersebut Senin saat apel pagi di Kecamatan. Berita tersebut sudah ramai di media massa, apalagi di medsos telegramnya PKH. Saat apel dilaksanakan, Camat mengintruksikan kepada aparat kecamatan untuk ikut bergotong-royong membantu para korban. Mbak Novi sebagai pendamping PKH di Ketapang pun akhirnya mengajak saya untuk turut andil bersama dengan aparat desa, kecamatan, TNI, Polri, serta warga setempat. Kami mulai mengunjungi lokasi 15 menit setelah apel pagi dilaksanakan. Sedih rasanya melihat kondisi di lokasi kejadian. Ramadhan yang sebagian besar dinikmati dengan suka ria oleh banyak orang, tidak terlihat di sana. Jujur, baru kali ini saya melihat secara langsung sisa bangunan rata dengan tanah akibat

RAMADHAN TAHUN INI

Marhaban ya Ramadhan, bulan siyami, bulan qiyamul lail, bulan berjuta rahmat. Alhamdulillah, tamu agung yang ditunggu-tunggu telah tiba. Alhamdulillah saya bisa dipertemukan dengan Ramadhan kembali. Setelah 3 bulan terakhir menyiapkan semuanya, akhirnya Allah masih berkenan memberikan saya kesempatan untuk berusaha kembali merajut kasih di dalam indahnya bulan penuh rahmat ini. Tahun lalu, dua hari sebelum Ramadhan tiba saya mendapatkan musibah pribadi maupun keluarga. Kakek mengalami kecelakaan yang cukup parah. Beliau yang mengendarai sepeda gayuhnya harus menjalani perawatan intensif di RSUD Blambangan karena tertabrak truk pengangkut gas elpiji. Saya yang saat itu masih berada di Ngawi sangat terkejut. Keluarga menghubungi saya bahwa kakek sudah tidak ada harapan hidup lagi, bahkan kabar yang berhembus saat itu kakek saya telah meninggal. Mendengar kabar tersebut, saya langsung meminta izin kepada Romo Kyai untuk pulang kampung. Kyai sebenarnya menghendaki saya untuk p

TENTANG USWATUN HASANAH

Saya masih ingat dengan apa yang Abah Yai Anwar Zahid katakan. Beliau mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara muslim satu-satunya di dunia yang gemar mengadakan kegiatan pengajian, selametan , Mau'idhoh Hasanah , dan sejenisnya. Di kegiatan nikahan, khitanan, tahlil 100 atau 1000 hari, pindah rumah, selamatan 7 bulanan, selapanan , dan hampir semua kegiatan tradisional masyarakat yang terintegrasi dengan kegiatan keagamaan selalu diisi dengan ceramah agama oleh da'i . Di dalam kegiatan tersebut selalu terdapat anjuran dan penyadaran agama untuk membimbing para pengikutnya agar berbuat sesuai dengan koridor hukum religiusitas Islam. Tidak bisa dihindari kalau kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia harus bersyukur atas karunia tersebut. Bagi saya pribadi, kegiatan selametan itulah bentuk nyata dari perwujudan Sila ke-3 ideologi kita. Karena kegiatan kumpul-kumpul tersebut kerukunan masyarakat tetap terawat walaupun zaman layar sentuh menggunakan kaki akan segera

SAYA TELAH TERBIASA

Hidup mandiri sejak usia 8 tahun memang begitu menguntungkan bagi diri saya. Di usia tersebut saya tidak lagi bergantung kepada keputusan orang tua terhadap saya. Saya sudah terbiasa hidup mandiri dan berani berbicara lantang kepada mereka yang selalu membanggakan hidup mandiri beberapa tahun di pondok tempat mereka belajar menjadi manusia. Faktor garis kehidupan yang telah digoreskan rapi olehNya kepada saya telah membuat semuanya berjalan baik hingga saat ini. KarenaNya, saya semakin bisa untuk lebih mandiri dan semakin terbiasa untuk mengambil konklusi atas apa yang terjadi. Saya sudah sangat terbiasa akan hal tersebut. 2 tahun sebelum berada di kelas 5 sekolah dasar 15 tahun yang lalu, saya mengalami paceklik prestasi. Peringkat unggulan sangat sulit saya raih karena status anak rumahan saat itu berubah menjadi anak liar yang setiap waktunya diisi dengan bermain. Long life education nya filsafat pendidikan seolah berganti status menjadi long life playing . Saat