Nggak Bisa Beli ya Jangan Coret-coret!

Kebiasaan!
Dulu (sekarang belum lenyap), kebiasaan coret-coret dilakukan pada media tembok, meja sekolah, seragam (waktu lulusan), bahkan pohon dan batu di tempat wisata juga nggak luput dari sasaran.
Hari ini beda lagi.
Pindah ke buku perpustakaan. Gila gak?
Ternyata kejengkelanku waktu meminjam buku perpus yang dipenuhi mark stabilo, dan coretan-coretan nggak penting terjawab hari ini. Sahabatku yang melakukannya.
"Yat, jare arep nyilih buku sing tak silih teko perpus?"
"Iyo, endi bukune?"
"Iki, bener iki kan?"
"Sek sek, iki mbok apakne? Kok enek tempelan kertas warna-warni? Kok mbok tandai gawe stabilo?"

(sambil senyum-senyum ketakutan)
"hehehe....Tak tandai sing tak butuhne, ben enak ngutipe"
"Ya Allah mbak, ngene opo awakmu rumongso?"
"Rumongso opo?"
"Iki bukumu tah? Aku mangkel iki ndeloke. Kok iso-isone toe nandai buku perpus?"
"Lha, masio pas mbalekne gak kiro diperikso ambek petugas"
"Awakmu mikir ngono yoh? Atimu ndek ndi? Nggak mikir adoh tah? Iki hak we'e sopo?"
"Iyo Yat, ngerti aku, tak kiro ngono"
"Ngene iki etika ambek estetikamu onok ndi? Lek pengen nyoret, mending tuku, parah-paraho foto kopi disek mbak!"
"##@@??!!!!"

Niat baikku harus berubah dengan luapan emosi seketika. Aku benar-benar kesal hingga aku tuliskan ini. Sekitar 30 menit aku memarahi dan menceramahinya habis-habisan.
Bukan karena aku sok. Selama ini kekesalanku baru terungkap dengan kenyataan yang baru saja ada di depan mata. Aku orang yang sangat tidak suka melihat buku milik umum ada coretan.
Mencoret buku pinjaman dari perpustakaan itu bagiku tindakan yang tidak etis.

Ayolah...
Buku perpustakaan adalah buku amanah dari pemerintah untuk digunakan oleh orang banyak. Itu hak rakyat, hak kita semua. Bukan hak namanya kalau seenaknya kita mencoret buku hasil meminjam. Kita boleh mengatakan itu hak karena kita yang meminjamnya, tapi sadarlah masih ada hak orang lain di buku itu.

Kamu membenci budaya coret-coret yang ada di taman kota, angkot, dan fasilitas umum lainnya. Tapi kenapa kamu melakukannya? Memang beda tempat dan konteks. Tapi esensinya sama bukan?

Ayo buka fikiranmu. Buka hatimu. Ini bukan masalah sepele kawan.
Untuk urusan membeli peralatan komunikasi canggih kamu mumpuni? Untuk beli buku yang harganya tidak lebih dari seratus ribu, mengapa kantongmu malah bersembunyi? Rugi? Kita sudah dewasa. Kita Sudah tahu mana prioritas dan mana egoisitas.
Kita agen perubahan. Ajarkan hal positif pada adik-adik kita. Jangan malah mencederai jendela ilmu yang nantinya akan mereka baca...

Hari ini aku benci kamu.
Semoga besok hati ini mau berdamai hati denganmu...

Komentar

  1. hehe :D
    suwun yat apik tulisane
    wes tobat aq gak nyoret buku maneh :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILADNYA PANCASILA

Aku harus bagaimana?

Antara Sombong, Rendah Hati, Jujur, dan Munafik