MASA DEPAN DANGDUT ACADEMY INDOSIAR

Selesai sudah perhelatan akbar kompetisi Dangdut Academy Indonesiar. Hajatan besar salah satu media televisi swasta di Indonesia tersebut berhasil menemukan dua finalis berkualitas tinggi, Evi dan Danang.

Seperti kompetisi pada umumnya, nasib para kontestan harus ditentukan oleh banyak atau tidaknya hasil perolehan sms pendukung. Selain itu, para kontestan juga diberi ilmu dan pengalaman yang berharga melalui masukan-masukan yang sangat konstruktif dari para dewan juri kelas wahid kategori penyanyi dangdut di Indonesia.

Sebelumnya, dalam tulisan ini saya memposisikan diri sebagai pihak netral meskipun saya berasal dari daerah salah satu finalis dangdut academy 2.

Muncul persepsi lugu saya ketika kompetisi yang diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi gemilang penerus aliran musik asli Indonesia ini, harus ditentukan oleh perolehan sms. Konklusi pendek saya adalah, “siapa yang pendukungnya banyak, ia menang” atau “siapa yang kaya, itu yang akan menyabet tahta juara”. Tetapi asumsi tersebut terpatahkan. Saya melihat masyarakat di Indonesia telah bijak dalam menentukan pilihan. Mereka dari berbagai kalangan rela mendukung melalui tarif sms yang tidak murah (dalam ukuran anak kos seperti saya) demi melihat idolanya menjadi juara. Sebagian besar pendukung sangat bijaksana dengan meninggalkan sifat-sifat kesukuan yang ada. Mungkin pendukung Danang atau Evi tidak hanya dari masing-masing daerah asal mereka. Bisa saja pendukung Danang dari Banyuwangi mendukung Evi seperti kakak saya, atau sebaliknya. Tentunya pola pemikiran pendukung yang seperti itu sangat diharapkan oleh kita semua, termasuk kata salah satu dewan juri dangdut academy 2. Jika atmosfer para penggemar dan pecinta musik dangdut seperti demikian, maka pergelaran akbar seperti dangdut academy wajib dilaksanakan.

Namun sayang. Saya melihat ada kejanggalan ketika menyaksikan pergelaran dari layar kaca. Sering sekali saya melihat adanya pertikaian argumen antara juri dengan host yang jumlahnya menurut saya terlalu berlebihan. Yang sangat sering terjadi adalah pergumulan argumen antara juri Saiful Jamil dengan para host tentang menilai kontestan. Ketika Bang Saiful memberi komentar kurang kepada salah satu peserta, selalu muncul sanggahan hingga memperolok dewan juri yang bersangkutan. Aneh bukan? Hakikatnya juri dipilih memiliki tugas untuk menilai dan memberi masukan yang membangun bagi para peserta. Masukan-masukan juri merupakan sarana agar kontestan semakin matang dalam mengasah skill mereka. kita semua tahu bahwa tugas host adalah HANYA mengarahkan dan mengatur jalannya acara agar berlangsung dengan baik. Mungkin tujuan host yang jumlahnya menggeludak tersebut adalah agar acara hebat seperti dangdut academy berlangsung seru dan meriah. Tetapi jika tugas mereka melebihi muatan sebenarnya, apa artinya dewan juri? Apakah host-host terpilih bisa menyanyikan lagu dangdut dengan baik sehingga mereka bisa dengan mudah mematahkan komentar dewan juri dan membela salah satu peserta? Kalau mereka bisa menyanyi, mengapa tidak menjadi juri? Mengapa mereka lebih memilih menjadi host?

Kejanggalan yang saya temukan lainnya adalah adanya indikasi pendukungan sepihak. Saya belum menemukan muatan-muatan netral yang ditunjukkan oleh para host ataupun komentator. Indikasi tersebut saya temukan dari kata-kata yang terkesan mengistimewakan salah satu peserta, mulai dari wajah yang dikatakan “cantik” atau “ganteng”, gaun atau pakaian yang mewah, sampai memuji kelebihan peserta secara berlebihan dibandingkan dengan peserta lain. Saya sebagai penonton biasa merasa ada ketidakprofesionalan dalam hal ini.

Selanjutnya, kompetisi berkualitas seperti dangdut academy diharapkan mampu menghasilkan jawara-jawara berkualitas berdasarkan hasil penilaian secara objektif hanya dari kriteria lomba yang diadakan. Saya ambil contoh seperti kompetisi Indonesian Idol dan X Faktor Indonesia. Dua kompetisi ini saya nilai sangat berkualitas. Sms yang dikirimkan oleh para pendukung terasa sebanding ketika juri maupun host hanya memberikan penilaian tentang kompetisi tersebut. Ketika dua kompetisi ini berjenis lomba Menyanyi dengan baik, benar, dan berkualitas, maka juri maupun host pun hanya berkomentar masalah menyanyi, bukan yang lain. Hal inilah yang membuat kompetisi ini sangat berkualitas meskipun bisa jadi rating mereka kalah dengan kompetisi yang serba mewah dan ramai.

Hal berbeda saya temukan di kompetisi dangdut academy, di mana tidak hanya sisi kualitas bernyanyi para peserta yang dinilai, melaikan juga sisi kehidupan mereka. Hampir setiap penampilan peserta selalu diselingi dengan kisah hidup yang mayoritas serba susah oleh para host. Mungkin tujuan mereka adalah ingin lebih mengenalkan peserta kepada para pendukung agar tidak salah memilih. Tetapi apakah korelasinya kondisi hidup dengan kontes menyanyi profesional? Dulu ketika salah satu peserta terancam tereliminasi karena memperoleh dukungan sms rendah, saya melihat ada usaha dari host untuk menceritakan kisah hidup peserta yang serba susah dengan mimpi-mimpinya. Host seolah-olah tidak ingin jika peserta tersebut keluar dengan mempengaruhi asumsi publik bahwa peserta tersebut sangat membutuhkan. Hal tersebut bagi saya tidaklah profesional, terlebih saat pergelaran final sudah dilakukan. Dampak yang kemungkinan terjadi adalah penilaian baik dari dewan juri ataupun pendukung seluruh negeri tidak lagi objektif. Mereka cenderung terpengaruh oleh penilaian-penilaian subjektif karena rasa iba.

Saya mengucapkan selamat dan sukses atas para pemenang dangdut academy 2. Perhatian saya kepada kompetisi-kompetisi berkualitas seperti dangdut academy, membuat saya untuk ikut memberikan masukan kapada para pihak pelaksana. Mari membenahi segala kekurangan yang ada dan mempertahankan atau meningkatkan keberhasilan yang telah tercapai. Semoga masa depan dangdut academy semakin gemilang.


KOMPETISI MENYANYI HARUS DINILAI DALAM KAPASITAS MENYANYI, BUKAN KARENA KONDISI HIDUP KONTESTAN ATAU HAL-HAL LAIN DILUAR INTI PENILAIAN, KARENA MASALAH KONDISI HIDUP TELAH ADA ACARANYA TERSENDIRI. DENGAN BEGITU TIDAK ADA KETIMPANGAN ANTARA LOMBA MENYANYI DENGAN LOMBA MENCARI BELAS KASIHAN PARA PENDUKUNG YANG RELA MEMBAYAR PULSA DI TENGAH HIMPITAN EKONOMI YANG BISA JADI SUSAH.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Sombong, Rendah Hati, Jujur, dan Munafik

Bosan Sendiri

SAYA TELAH TERBIASA