Kita Sudah Merdeka

Beberapa waktu yang lalu saya kembali melakukan tanya jawab dengan seseorang tentang apa itu arti merdeka. Saya sendiri termasuk orang yang selalu melabelkan kata merdeka, terutama ketika momen Agustusan seperti bulan ini. Seperti biasa, selalu ada orang yang panas kupingnya  mendengar ataupun membaca kata-kata merdeka dari saya.

Ia melontarkan pertanyaan yang memang masuk akal, menjebak, dan rumit.
 
"Merdeka? Memangnya Indonesia sudah merdeka? Kemiskinan masih merajalela, korupsi masih menjamur, jual beli jabatan semakin masif, pendidikan semakin terbengkalai, banyak masyarakat kelaparan dan sulit mendapat layanan kesehatan, kamu bilang Indonesia sudah merdeka? Merdeka? Siapa yang merdeka, sedangkan kemarin ada rakyat yang menikmati kemerdekaan dengan menangis pasca TNI menyerang kampung mereka? Apakah itu merdeka?"
 
Saya tidak bermaksud untuk sok  nasionalis atau hal-hal musiman lainnya. Saya tidak bermaksud untuk membela diri. Ini negara saya juga. Negara yang berhak memperoleh pembelaan dan dianggap membanggakan bagi setiap warga negaranya.
 
Merdeka.
 
Kita memang sudah merdeka. Kalau belum merdeka, Anda tidak akan mungkin bisa bebas bersekolah menggunakan motor berboncengan tiga. Kalau belum merdeka, mana ada Anda bisa bebas berbelanja pakaian mewah di swalayan-swalayan kota. Kalau belum merdeka dengan pasti, tidak akan mungkin Anda bisa melihat masyarakat Bumi Pertiwi yang mulai menekuni hobi selfie. Tidak.
 
Kita sudah merdeka. Tidak ada lagi suara gemuruh pesawat tempur dan tank-tank yang siap menerbangkan bom-bom di penjuru ibu kota. Upacara kita juga lancar. Tidak ada lagi berdiri mandor-mandor utusan Jepang atau Belanda.
 
Merdeka memang tidak melulu menjurus pada hal substansial, seperti merdeka dari belenggu para iblis penyedot hasil bumi dan tenaga nusantara.
 
Memang kemiskinan, kebodohan, kriminalitas, KKN, kesehatan dan hal-hal lain yang Anda anggap buruk masih menjadi urusan serius kita semua. Tetapi bukan berarti Indonesia itu bodoh, miskin, atau sangat buruk, bukan? Jangan Anda tertipu dengan adu domba oleh data-data absurd yang sengaja diciptakan untuk membuat masyarakat kita resah.
 
Semua negara dimanapun pasti mengalami hal demikian, termasuk negara yang maju sekalipun. Saya dan Anda mungkin tidak tahu kepastiannya, lagi-lagi karena informasi media. Jika kita belajar lagi, banyak juga kok tawuran terjadi di luar Indonesia. Banyak kok rakyat miskin yang kelaparan dan sulit mendapatkan fasilitas kesehatan. Indonesia yang kata Anda belum merdeka, nyatanya masih mampu membantu saudara-saudara kita di luar sana.
 
Kita sudah merdeka.
 
Mungkin Anda adalah salah satu individu yang belum bersyukur dengan Indonesia. Manusia memang begitu. Sering sekali mencari kekurangan tanpa pernah merasakan berapa banyak kenikmatan yang sebenarnya sudah dinikmati. Anda tidak pernah menyadari berapa banyak subsidi yang telah kita nikmati dari negeri ini.
Segala hal yang Anda ungkapkan akan selalu melekat dalam setiap kehidupan, bahkan sampai kiamat akan tiba. Dengan adanya hal-hal tersebut, kita harusnya bersyukur masih diberikan oleh Tuhan nikmat untuk terus hidup. Dengan adanya kemiskinan, kita ditugaskan untuk berfikir mencari solusi pengentasannya. Dengan adanya kebodohan, kita diberikan tugas bagaimana untuk hijrah menjadi pintar. Hidup akan terus berlangsung selama keserbagandaan seperti kerukunan vs tawuran masih ada. Semua hal yang Anda sebutkan adalah tugas kita semua. Kita dilahirkan bukan untuk mencela. Kita berkewajiban untuk berkontribusi positif dan aktif untuk Indonesia.
 
Kita benar-benar sudah merdeka. Anda, saya, dan seluruh rakyat Indonesia harus memiliki jiwa merdeka untuk mengatasi segala hal yang belum dicapai oleh Indonesia. Kita semua diberikan kemerdekaan, tidak lain untuk berfikir bagaimana mewujudkan suatu kemerdekaan hakiki sesuai dengan asumsi masing-masing orang. Kalau Anda merasa fasilitas kesehatan masih mahal, ayo berjuang bagaimana cara agar situasi tersebut berubah.
 
"Kita bukan pejabat ataupun penguasa. Mereka yang punya wewenang membawa kemajuan bangsa"
 
Tidak. Rakyat yang berkuasa. Kita adalah kontrol utama dan pelaku utama atas kemajuan negara Indonesia.
Kita sudah merdeka.
 
Saatnya Anda dan saya membuktikan keseriusan perkataan ini. Saya dan Anda harus berkolaborasi melalui berbagai macam cara untuk mewujudkan Indonesia yang sebenarnya.
 
Kita sudah merdeka.
 
Kita manfaatkan kemerdekaan ini untuk memberi masukan kepada mereka yang belum bisa memaknai kata merdeka.
 
***
 
Momentum ini saya juga ingin mengucapkan permohonan maaf kepada para pembaca yang secara tidak sengaja terlukai hatinya. Saya tekankan bahwa setiap tulisan tertentu yang saya muat adalah hasil percakapan saya. Tidak ada sedikitpun niatan saya untuk mencibir ataupun melukai hati mereka yang kebetulan membaca postingan saya. Sekali lagi, dengan keterbukaan dan kebijaksanaan hati saya mohon maaf. Mari kita Merdeka. Memerdekaan hati dan asumsi untuk koreksi diri. Memerdekaan pikiran dari perasaan dicibir oleh seseorang. Merdeka!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Sombong, Rendah Hati, Jujur, dan Munafik

Bosan Sendiri

SAYA TELAH TERBIASA